Breaking News

Blogger Template

Jumat, 26 Oktober 2012

PEMUDA YANG HILANG ARAH

         PEMUDA ACEH SAAT INI
      Pemuda yang seharusnya menjadi suatu ujung Tombak dalam setiap Barisan, Mereka yang seharusnya yang bisa diharapkan, dan merekalah yang seharusnya menjadi suatu pacuan dalam Membangun Bangsa Aceh untuk saat ini. Tapi sungguh disayangkan mereka yang diharapkan bisa membawa perubahan untuk bangsa Aceh sendiri, tapi nasib tidak menentukan artinya merekalah yang membalikkan keadaan Cita-cita Bangsa Aceh sendiri yang telah ditentukan oleh Para Endatu kita. Sungguh disayangkan bila seorang Pangeran (pemuda) yang mengkhianati Kerajaannya sendiri, begitu sebaliknya bila pemuda mengkhianati Bangsa-nya Sendiri yang seharusya mereka tau akan cita-cita Bangsa nya.
     Pemuda yang selama ini kita lihat dilapagan sungguh tidak bisa kita berharap yang positif dari mereka, mereka tidak tau Arah mereka yang sebenarnya, mereka tidak tau tujuan mereka hidup dibumi ini, mereka tidak tau bagaimana cara mensyukuri, dan bahkan mereka tidak tau siapa mereka yang Sebenarnya, ini sungguh menjadi suatu kewajiban bagi kita bersama untuk saling memahami dan saling memperingati satu dengan lainnya. Apakah keadaan pemuda yang diatas tadi mereka yang patut kita salahkan atau karena Lingkungannya baik keluarga atau yang lainnya.  saya rasa ini menjadi suatu pacuan bagi mereka orang tua yang mempunyai seorang Putra-Putri mereka di rumah untuk bisa membawa mereka dalam hal positif dan bisa diharapkan oleh bangsa Aceh untuk masa depan.
     Karena salama ini kejadian yang terjadi dalam lingkup Masyarakat aceh, mereka tidak peduli terhadap Putra-putri mereka yang berlaku tingkah yang tidak sesuai dengan keadaan bangsa aceh sendiri, mereka pemuda yang bukan muhrim berkiliaran di tempat umum secara suka rela tanpa ada gugatan yang lainnya. padahal orang tua mereka tau keadaan mereka. bahkan orang tua bangga anak mereka bersanding yang bukan Muhrimnya sendiri.  Sikap yang diam dari orang tua pemuda tidak boleh terjadi lagi dalam keadaan masyarakat untuk saat ini tapi meraka Orang tua harus tegas dalam Melihat situasi anak mereka sendiri.
Read more ...

Sabtu, 20 Oktober 2012

ARTI HUKUM


HUKUM
     Hukum adalah suatu Kaedah, Nilai, Gagasan, dan Patokan yang mengandung larangan atau perintah. Hukum juga merupakan suatu Rumusan atau Peraturan yang biasa disebut Undang-Undang yang dirumuskan atau dikukuhkan oleh pihak –pihak tertentu yang mempunyai wewenang  dan kekuasaan. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap ada ketetapan hukum yang telah diimplementasikan oleh pihak tertentu ke masyarakat pasti ada sanksinya.
      Dan Hukum itu bisa mati bila suatu peraturan atau undang-undang yang telah ditetapkan tidak sesuai dengan suatu keadaan baik dalam masyarakat atau Lembaga-lembaga tertentu. Karena peraturan yang telah ditetapkan tidak bisa diterima oleh keduanya yang tidak cocok atau tidak sejalan dengan sistem yang diterapkan dalam badan mereka masing-masing. Akan tetapi hukum itu bisa hidup ketika suatu peraturan yang telah diimplementasikan sesuai dengan suatu keadaan pada tempatnya tanpa timbul kontroversi  sehingga peraturan tersebut bisa diterima oleh semua kalangan.
Read more ...

G-16 DI BANDA









Read more ...

MESEUM TSUNAMI




Read more ...

PROKLAMASI AGAM

http://suciptoardi.files.wordpress.com/2010/08/wncs1976-1.jpg 

PERNYATAAN ACHEH-SUMATRA MERDEKA
Acheh, Sumatra, Desember 4, 1976

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KEPADA BANGSA-BANGSA DI DUNIA,

Kami bangsa Acheh Sumatra, telah melaksanakan hak hak kami untuk menentukan nasib sendiri, dan melaksanakan tugas kami untuk melindungi hak suci kami atas tanah pusaka peninggalan nenek moyang, dengan ini menyatakan diri kami dan negeri kami bebas dan merdeka dari penguasaan dan penjajahan regime asing Jawa di Jakarta.

Tanah air kami Acheh, Sumatera, telah menjadi satu negara yang bebas, merdeka dan berdaulat selama dunia terkembang, Belanda adalah penjajah asing yang pertama datang mencoba menjajah kami ketika ia menyatakan perang kepada negara Acheh yang merdeka dan berdaulat, pada 26 Mart 1873, dan melakukan serangan atas kami pada hari itu juga, dengan dibantu oleh serdadu-serdadu sewaan Jawa, apa kesudahannya serangan Belanda ini sudah tertulis pada halaman muka surat-surat kabar di seluruh dunia, surat kabar London “Times” menulis pada 22 April, 1873:

“Suatu kejadian yang sangat menarik hati sudah diberitakan terjadi di kepulauan Hindia Timur, satu kekuatan besar dari tentara bangsa Eropah sudah dikalahkan dan dipukul mundur oleh tentara anak negeri… tentara negara Acheh, bangsa Acheh sudah mendapat kemenangan yang menentukan. Musuh mereka bukan saja sudah kalah, tetapi dipaksa melarikan diri”.

Surat kabar Amerika, “The New York Times” pada 6 Mei 1873, menulis: “Peperangan yang berkubang darah sudah terjadi di Acheh, kerajaan yang memerintah Sumatra Utara, tentara Belanda sudah menyerang negara itu dan kini kita sudah mengetahui kesudahannya, serangan Belanda telah dibalas dengan penyembelihan besar-besaran atas Belanda, jenderal Belanda sudah dibunuh, dan tentaranya melarikan diri dengan kacau balau. Menurut kelihatan, sungguh-sungguh tentara Belanda sudah dihancur leburkan.

Kejadian ini telah menarik perhatian seluruh dunia kepada kerajaan Acheh yang merdeka dan berdaulat lagi kuat itu. Presiden Amerika Serikat, Ulysses S. Grant sengaja mengeluarkan satu pernyataan yang luar biasa menyatakan negaranya mengambil sikap neutral yang adil, yang tidak memihak kepada Belanda atau Acheh, dan ia meminta agar negara-negara lain bersikap sama sebab ia takut perang ini bisa meluas.

Para hari 25 Desember (hari natal), 1873, Belanda menyerang Acheh lagi, untuk kali yang kedua, dengan tentara yang lebih banyak lagi, yang terdiri dari Belanda dan Jawa, dan dengan ini mulailah apa yang dinamakan oleh majalah Amerika “Harper’s magazine” sebagai “perang seratus tahun abad ini”. Satu perang penjajahan yang paling berlumur darah, dan paling lama dalam sejarah manusia, dimana setengah dari bangsa kami sudah memberikan korban jiwa untuk mempertahankan kemerdekaan kami. Perang kemerdekaan ini sudah diteruskan sampai pecah perang dunia ke-II, delapan orang nenek dari yang menandatangani pernyataan ini sudah gugur sebagai syuhada dalam mempertahankan kemerdekaan kami ini. Semuanya sebagai Wali Negara dan Panglima Tertinggi yang silih berganti dari negara islam Acheh Sumatra.

Tetapi sesudah Perang Dunia ke-II, ketika Hindia Belanda katanya sudah dihapuskan, tanah air kami Acheh Sumatra, tidaklah dikembalikan kepada kami, sebenarnya Hindia Belanda belum pernah dihapuskan. Sebab sesuatu kerajaan tidaklah dihapuskan kalau kesatuan wilayahnya masih tetap dipelihara -sebagai halnya dengan Hindia Belanda, hanya namanya saja yang ditukar dari “Hindia Belanda” menjadi “Indonesia” Jawa, sekarang bangsa Belanda telah digantikan oleh bangsa Jawa sebagai penjajah, bangsa Jawa itu adalah satu bangsa asing dan bangsa seberang lautan kepada kami bangsa Acheh-Sumatera. Kami tidak mempunyai hubungan sejarah, politik, budaya, ekonomi dan geografi (bumi) dengan mereka itu. Kalau hasil dari penaklukan dan penjajahan Belanda tetap dipelihara bulat, kemudian dihadiahkan kepada bangsa Jawa, sebagaimana yang terjadi, maka tidak boleh tidak akan berdiri satu kerajaan penjajahan Jawa diatas tempat penjajahan Belanda. tetapi penjajahan itu, baik dilakukan oleh orang Belanda, Eropah yang berkulit putihm atau oleh orang Jawa, Asia yang berkulit sawo matang, tidaklah dapat diterima oleh bangsa Acheh, Sumatera.

“Penyerahan kedaulatan” yang tidak sah, illegal, yang telah dilakukan oleh penjajah lama, Belanda, kepada penjajah baru, Jawa, adalah satu penipuan dan kejahatan politik yang paling menyolok mata yang pernah dilakukan dalam abad ini: sipenjajah Belanda kabarnya konon sudah menyerahkan kedaulatan atas tanah air kita Acheh, Sumatera, kepada satu “bangsa baru” yang bernama “Indonesia”. Tetapi “Indonesia” adalah kebohongan, penipuan, dan propaganda, topeng untuk menutup kolonialisme bangsa Jawa. Sejak mulai dunia terkembang, tidak pernah ada orang, apalagi bangsa, yang bernama demikian, di bagian dunia kita ini. Tidak ada bangsa yang bernama demikian di kepulauan Melayu ini menurut istilah ilmu bangsa (ethnology), ilmu bahasa (philology), ilmu asal budaya (cultural antropology), ilmu masyarakat (sociology) atau paham ilmiah yang lain, “Indonesia” hanya merek baru, dalam bahasa yang paling asing, yang tidak ada hubungan apa-apa dengan bahasa kita, sejarah kita, kebudayaan kita, atau kepentingan kita, “Indonesia” hanya merek baru, nama pura-pura baru, yang dianggap boleh oleh Belanda untuk menggantikan nama “Hindia Belanda” dalam usaha mempersatukan administrasi tanah-tanah rampasannya di dunia Melayu yang amat luas ini, sipenjajah Jawapun tahu dapat menggunakan nama ini untuk membenarkan mereka menjajah negeri orang di seberang lautan. Jika penjajahan Belanda adalah salah, maka penjajahan Jawa yang mutlak didasarkan atas penjajahan Jawa itu tidaklah menjadi benar. Dasar yang paling pokok dari hukum internasional mengatakan: “Ex Injuria Jus Non Oritur”- Hak tidak dapat berasal dari yang bukan hak, kebenaran tidak dapat berasal dari kesalahan, perbuatan legal tidak dapat berasal dari illegal.

Meskipun demikian, bangsa Jawa tetap mencoba menyambung penjajahan Belanda atas kita walaupun Belanda sendiri dan penjajah penjajah barat lainnya sudah mundur, sebab seluruh dunia mengecam penjajahan. Dalam masa tiga-puluh tahun belakangan ini kami bangsa Acheh, Sumatera, sudah mempersaksikan betapa negeri dan tanah air kami telah diperas habis-habisan oleh sipenjajah Jawa; mereka sudah mencuri harta kekayaan kami; mereka sudah merusakkan pencaharian kami; mereka sudah mengacau pendidikan anak kami; mereka sudah mengasingkan pemimpin-pemimpin kami; mereka sudah mengikat bangsa kami dengan rantai kezaliman, kekejaman, kemiskinan, dan tidak peduli: masa hidup bangsa kami pukul rata 34 tahun dan makin sehari makin kurang. Bandingkan ini dengan ukuran dunia yang 70 tahun dan makin sehari makin bertambah, sedangkan Acheh, Sumatera, mengeluarkan hasil setiap tahun bagi sipenjajah Indonesia-Jawa lebih 15 milyar dollar Amerika yang semuanya dipergunakan untuk kemakmuran pulau Jawa dan bangsa Jawa.

Kami, bangsa Acheh, Sumatera, tidaklah mempunyai perkara apa-apa dengan bangsa Jawa kalau mereka tetap tinggal di negeri mereka sendiri dan tidak datang menjajah kami, dan berlagak sebagai “Tuan” dalam rumah kami, mulai saat ini, kami mau menjadi tuan di rumah kami sendiri; hanya demikian hidup ini ada artinya, kami mau membuat hukum dan undang-undang kami sendiri; yang sebagai mana kami pandang baik; menjadi penjamin kebebasan dan kemerdekaan kami sendiri; yang mana kami lebih dari sanggup; menjadi sederajat dengan semua bangsa-bangsa di dunia; sebagaimana nenek moyang kami selalu demikian, dengan pendek: Menjadi berdaulat atas persada tanah air kampung kami sendiri.

Perjuangan kemerdekaan kami penuh keadilan, kami tidak menghendaki tanah bangsa lain- bukan sebagai bangsa Jawa datang merampas tanah kami, tanah kami telah dikaruniai Allah dengan kekayaan dan kemakmuran, kami berniat memberi bantuan untuk kesejahteraan manusia sedunia, kami mengharapkan pengakuan dari anggota masyarakat bangsa-bangsa yang baik, kami mengulurkan persahabatan kepada semua bangsa dan negara dari ke-empat penjuru bumi.

ATAS NAMA BANGSA ACHEH, SUMATERA, YANG BERDAULAT.

Tengku Hasan Muhammad Di Tiro
Ketua, Angkatan Acheh, Sumatera Merdeka
dan Wali Negara.


Acheh, Sumatera, 4 Desember 1976
Sumber:asnlf
Read more ...

Empat Tokoh Sosiologi


EMPAT TOKOH SOSIOLOGI
1.    Augute Comte
     Auguste Comte lahir pada tahun 1798-1857 di montpellier, sebuah kota kecil, bagian barat perancis,ia pernah mengenyam pendidikan di politeknik Ecole di paris. Namun ia tidak sampai menyelesaikan sekolahnya karena ia termasuk Mahasiswa keras kepala. Comte akhirnya memilih karir Profesionalnya. Comte juga  sangat tertarik memperhatikan masalah –masalahyang berkaitan dengan masyarakat.
    Negara Perancis saat itu mengalami perubahan yang besar dan membawa perubahan perancis secara drastis, yang dikenal dengan Revolusi Perancis, dengan Revolusi tersebut membawa Perancis Optimis akan masa depan.
     Auguste Comte dikenal sebagai Ilmuan terkemuka yang sangat berjasa dalam perkembangan ilmu sosiologi. Comte berpendangan bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali, Sosiologi merupakanstudi positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala sosial.
    Dan Comte juga membagi sosiologi dalam dua bagian :
1.      Sosiologi adalah memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat.
2.      Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembagunan.

     
2. EMILE DURKHEIM
       Emile Durkheim lahir 15 April 1858 di Epinal Perancis. Ia adalah keturunan salah satu Pendeta Yahudi di Perancis . Durkheim  termasuk mahasiswa yang paling cenerlang. fenomena sosial juga dorongan oleh politik. Durkheim seorang Yahudi dan Sosial. Tahun 1890-an adalah masa kreatif durkheim. Pada tahun 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja Dalam Masyarakat, Penyebaran dasar tentang hakikat Masyarakat manusia dan perkembangannya.
      Perancis pada saat itu tengah mengalami hilang Moral di daratan Eropa, karena kalah perang dan masa itu juga perancis merasa masa-masa yang sulit.
     Pandangan Durkheimr terhadap Sosiologi, Sosiologi Meneliti Lembaga-Lembaga dalam Masyarakat dan proses-proses Sosial. Dan dia juga menekankan pentingnya penelitian perbandingan karena Sosiologi merupakan ilmu mengenal Masyarakat. Dia mengklasifikasi pembagian Sosiologi atas tujuh seksi:

            a. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia,
            b. Sosiologi Agama,
            c. Sosiologi Hukum dan Moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial,
     perkawinan, dan keluarga,
             d. Sisiologi Kejahatan,
e. Sosiollogi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja,
f. Demografi yang mencakup Masyarakat perkotaan dan pendesaan, dan
g. Sosiologi estitika.
3. KARL MARX
     Karl Marx Lahir di Trier, Jerman pada tahun 1818. Marx dari kalangan keluarga rohaniwan          yahudi. Pada tahun 1841 ia mngakhiri studinya di universitas Berlin dengan menyelesaikan disertasi berjudul on the differences beetween the natural philosophy of democritus and episurus. Karl marx pernah di usir dari negara lantaran Marx menolak Kapitalisme.
     Keadaan negara jerman saat itu mengalami Revolusi Industri walaupun tidak seperti              Dan pertumbuhan ekonomi jerman saat itu tidak selaras dengan kehidupan buruh saat itu,    kesenjangan sosial pun terjadi, pemrintah jerman saat itu menganut Kapitalisme.
      pandangan Marx terhadap sosiologi, sejarah masyarakat dunia merupakan sejarah perjuangan kelas. Oleh karena itu Marx berpendangan bahwa perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda. Terdiri dari kelas yang menguasai alat produksi (Bourgeoisie)dan terdiri dari kaum yang tidak memiliki alat produksi (proletar). Menurut pandangan Marx bahwa suatu saat kaum proletor akan menyadari kepentingan mereka bersama, sehingga mereka bersatu dan memberontak dan menimbulkan konflik terhadap perlawanan kaum bourgeuisie.
Mekipun Ramalan Marx tidak pernah Terwujud namun pemikiran Marx menjadi Stratifikasi sosial dan konflik tetap hingga berpengaruh terhadap pemikiran sejumlah pakar sosilogi.

4.MAX WEBER
    Max Weber dilahirkan 21 April 1864 di Erfurtn Tnuringia, yang saat ini masuk wilayah bagian timur. Max merupakan anak sulung suatu keluarga terpandang yang memberiakan penilaian tinggi pada pendidikan dan kebudayaan. Pendidikan lanjutan Max diperolehnya pada fakultas hukum Universitas Heidelberg                                                                                   
     Max tinggal di jerman pada saat Negara tersebut mengalami Transisi yang drastis untuk semua bidang pada saat itu. Yang dulu masyarakat Agraris menuju masyakat Indutri. Tapi masih banyak warga jerman saat itu belum mendapat Keadilan seperti para buruh.
      Max Weber menjelaskan bahwa sosiologi sebagai ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi Sosial. Pandangan Wabe dalam sosiologi lebih ke permasalahan
Interaksi Sosial artinya menyangkut hubungan antar masyarakat serta hubungan antar kelompok dan kelas . Menurut weber objek sosiologi adalah Tindakan Sosial.
Read more ...

ASNLF


Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Maklumat
15 Oktober 2012

Bansa Atjèh njang mulia,

Deungon izin Poteuh Allah SWT, geutanjoë teutap tasambông peurdjuangan untôk peugisa keulai dèëlat Neugara Atjèh. Keu-inginan bansa geutanjoë untôk meurdéhka tjit han tom surôt dan peurdjuangan geutanjoë untôk peuteuntèë nasib droë njang sabé tapeudjak, peuë keuh di lua atawa di dalam nanggroë, deuh makén meutamah seumangat ladju. Meunan keuh buët geutanjoë njoë hana mungkén djipeugadoh lé sibeurangkasoë ureuëng atawa sibeurangkapeuë keulompok, sabab buët njang teungoh tapuga njoë nakeuh buët legal dan hak bansa Atjèh bak peuteuntèë masa ukeuë droë dan aneuk tutjo-geuh.

Bahthat pih meunan, geutanjoë tateupeuë bahwa peungarôh MoU Helsinki dari ureuëng-ureuëng njang na keupeuntingan disinan mantong djeuët keu peukara dalam masjarakat geutanjoë lawèt njoë. Namun Alhamdulillah, ka seumakén ramé bansa Atjèh njang ka muphôm bahwa MoU njan seutjara hukôm hana meu-ikat sapeuë deungon peurdjuangan geutanjoë untôk peuteuntèë naséb droë keudroë. Lom pih, MoU njan tjit hana leubéh nibak saboh peurdjandjian untôk peuseulamat keupeunténgan saboh-saboh keulompok, njakni keulompok njang roh dalam meu'en runggéng di Helsinki.

Tudjôh thôn leubèh ka MoU djipeudjak. Ka deuh takalon keudroë teuh bahwa propaganda njang seulama njoë djipeudeungo bak geutanjoë bahwa ”MoU njan tangui sibagoë aneuk rinjeun untôk tjok meurdéhka” teunjata kon mandum. Bahkan ureuëng-ureuëng njang seulama njoë peugah droë pimpinan Atjèh Meurdéhka, ban-ban njoë ka geupeunjata deungon trang-trang bahwa ”peurdjuangan Atjèh kon untôk meurdéhka”. Meunan keuh narit njan djiteubiët dari babah ureuëng-ureuëng njang djinoë ka geumat kuasa di Atjèh. Peukara-peukara lagèë njoë han-djeuët-han beutrang that keu geutanjoë supaja bèk sabé keunong tipèë - han sép djitipèë lé musôh ka meuplôh-plôh thôn, keunong pengeut lom buët bansa droë-teuh njang ka keumah djipeulamiët lé gob.

Geutanjoë han djeuët hireuën-teuh watèë na peunjata-peunjata lagèë njan dari mantan pimpinan GAM, sabab watèë awaknjan ka djiteurimong droë sibagoë sarông djaroë RI di Atjèh dan djimeusumpah seutia keu pantjasila dan undang-undang 45, maka tugaih awaknjan hana laén nibak peutimang keupeunténgan tuan droë djih di bumoë Atjèh. Njan keuh sabab, pakon awaknjan djinoë batjut-batjut ka pajah djak lé u Djakarta djak lakèë peunutôh dan beunantu, gotpih peukara ekonomi atawa peukara politék. Trôk bak peudong padum-padum boh pabrék padé pih pajah buët Hasjim Joyohadikusumo – adoë Brigdjèn Prabowo Subianto. Njan gohlom tameutjeukot keu keubôn-keubôn keulapa sawét ban saboh Atjèh njang bandum na dalam djaroë dan kontrol biëk peundjadjah, seudangkan ureuëng Atjèh keudroë (khusus djih eks-kombatan) djingui sibagoë mandô keubôn – tôkang djaga keupeunténgan peundjadjah.

Meugisa lom keu peukara MoU. MoU njan ka keumah djingui uléh RI untôk djipeuma'en-ma'en bansa Atjèh, supaja geutanjoë na sabé harapan dan laloë sabé bak peutupat-tupat peukara njan. Dan watèë meukeunong bak beuë djih seureuta djikalon geutanjoë ka beungèh-teuh, djidjôk lé batjut mangat seungap blem-blom.

Uléh sababnjan, geutanjoë njang mantong seumiké keu peukara meurdéhka, njang mantong sambông buët éndatu, njang mantông seutia keu sumpah peurdjuangan dan proklamasi Atjèh Meurdéhka thôn 1976, bèk lé tapeuhabéh watèë kau peukateuën-peukateuën lagèë MoU, parté lokal, piléh njoë - piléh djéh, njang udjông-udjông djih untôk peukong kolonialisme RI di Atjèh dan hana meuhubông sapeuë deungon keupenténgan nasional geutanjoë.

Paneuk djih, meunjo geutanjoë mantong gob bôh atô, keumah djipeuwië-uneun dan djihuë ho njang galak djih, nasib bansa Atjèh han akan meu-ubah, bahthatpih soë mantong njang djeuët keu gubernur, bupati, walikuta dls. Sabab, lagèë ka tameutjeukot di ateuëh, guntji rumoh geutanjoë na bak djaroë gob dan geutanjoë ka djipeulôp dalam saboh sistém njang han keumah teubiët dari sinan, njakni pantjasila dan undang-undang 45. Dan peuë mantong njang teukeuneuk peugot di Atjèh teutap pajah rudj'uëk bak ban dua sistem njan.

Uléh kareuna njan, geutanjoë peureulèë ta-atô keulai seuëh peurdjuangan njoë supaja buët geutanjoë beudjidjak lagèë njang taharap. Meunan tjit beudjeuët tapeudji-ôh buët-buët njang hana manfa’at, peuë lom buët-buët njang tjit peukong neuduëk nibak peundjadjah di ateuëh bumoë Atjèh. Ka trôh masa keu geutanjoë, bansa Atjèh, untôk tapeutrôh h’eut teuh meunurôt tjara-tjara njang patôt. Sabab, meunjo kon geutanjoë keudroë teuh njang meugrak untôk peudong dèëlat Neugara Atjèh, hana peuë ta harap ureuëng laén djidjak peureumeun geutanjoë atawa djidjak ubah nasib geutanjoë seudangkan geutanjoë keudroë hana tapeugot sapeuë dan gadôh ta tabék-tabék mirah-putéh.

Poteuh keudroë ka Neumeukalam dalam Al-Qur’an:

“... Keubit Allah han akan Neu-ubah naséb saboh-saboh bansa sampoë bansa njan keudroë geu-ubah peuë njang na bak droëgeuh ...” (Surat Ar-Ra’d: 11)

Meunan keuh geutanjoë wadjéb ta-ubah keudroë peuë njang na bak droëteuh keu sipeuë-peuë njang djroh untôk peurdjuangan njoë. Insja Allah deungon njan, Neuteurimong mandum useuha geutanjoë lé Po dan beu Neubri geutanjoë peuë njang ka tahadjat, njakni Atjèh Meurdéhka.

Amin, amin, amin ya rabbal ‘alamin.


ttd.
Ariffadhillah
Keutuha Presidium ASNLF
Read more ...
Designed By