Breaking News

Blogger Template

Kamis, 22 Agustus 2013

“PERKARA TIPU DAYA NASIONALISME INDONESIA”




Persoalan atau masaalah "nasionalisme indonesia" tidak dapat dipahami dengan tidak lebih dahulu memahami letak, kedudukan, dan lingkungan ilmubuminya (geography) yang menentukan hampir segalagalanya. Kerajaan penjajahan Hindia Belanda yang amat luas wilayahnya itu, yang "kesatuan" haram wilayah penjajahannya masih juga tetap dipelihara sampai hari ini, yakni dengan tidak dibebaskan dan tidak dimerdekakan. Kerajaan penjajahan ini telah dapat dipelihara, disambung, dan diteruskan dengan hanya menukar namanya saja, dari Hindia Belanda menjadi "indonesia". Perlu diketahui bahwa kerajaan penjajahan ini bukanlah satu kesatuan yang seharusnya, bukanlah satu kesatuan yang patut menurut ilmubumi politik (geopolitics). Seluruh wilayah dan pelosok Kepulauan Melayu atau Dunia Melayu ini sudah diletakkan di bawah satu kerajaan penjajahan sematamata dengan pedang Belanda yang berlumur darah kita, yang dimulai dari abad ke16 (1599) dan yang masih diteruskan sampai sekarang, walaupun sejak 27 desember, 1949, pelaksanaan pemerintahan seharihari telah diserahkan oleh Belanda kepada orangorang Jawa yang bekerja untuk kepentingan politik, ekonomi, strategi negaranegara imperialis Barat, atas nama satu bangsa purapura yang dibuatbuat oleh mereka sendiri, itulah "indonesia". Henry Kissinger, bekas Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, adalah benar sekali ketika ia menulis bahwa: "indonesia itu tidaklah berarti apaapa selain sebagai satu sebutan arah diatas peta bumi saja, sampai pada waktu Belanda menyadari bahwa lebih besar untung (laba) baginya kalau seluruh Kepulauan Melayu disatukan di bawah sebuah pemerintahan penjajahan". ("Indonesia was nothing but a geographic expression until the Dutch found out it more efficient to unite the islands of the Indies under a single administration") (1). Sesungguhnya inilah asalusul, biang keladi, dari yang dinamakan "bangsa indonesia" dan "nasionalisme indonesia" yang dibikinbikin dan dibuatbuat sematamata untuk membenarkan "kesatuan" pemerintahan penjajahan, untuk membenarkan "kesatuan" perkiraan labarugi, kreditdebit, dari satu keradjaan penjajahan yang maha luas di dunia sekarang ini. Selama wilayah sesuatu kerajaan atau negara tetap dipelihara, maka kerajaan atau negara itu tetap berdiri dan tetap hidup sebagai sediakala, tidak bubar! Walaupun namanya ditukar dengan nama baru, seperti nama Hindia Belanda sudah diganti dengan nama "indonesia": atau nama sipenjajahnya ditukar dari "Van Mook" dengan "Sukarno, Suharto" atau lainlain lagi. Sebagai satu sebutan nama arah di peta bumi, nama "indonesia" menunjukkan kepada satu wilayah permukaan bumi yang sama panjangnya antara Moskow dengan Lissabon, dan sama lebarnya antara Rome dengan Oslo, dengan penduduk lebih dari 170 juta jiwa, yang terdiri dari berbagai bangsa, berbagai bahasa, berbagai budaya, yang sama banyaknya seperti yang terdapat di benua Eropa, juga sama luasnya dengan wilayah yang disebut secara umum sebagai "indonesia" itu. Maka dengan demikian, adalah bodoh sekali untuk berbicara tentang adanya satu "nasionalisme Eropa" pada hari ini, demikian juga adalah sangat bodoh sekali untuk berbicara tentang adanya satu "nasionalisme indonesia", walaupun hal ini sudah dipropagandakan oleh suratsurat kabar Barat, dan oleh mereka yang menganggap dirinya "pandai", padahal mereka sama sekali tidak memahami sejarah, budaya, sociology dan geopolitics dari Dunia Melayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By