Persoalan
atau masaalah "nasionalisme indonesia" tidak dapat dipahami dengan
tidak lebih dahulu memahami letak, kedudukan, dan lingkungan ilmubuminya
(geography) yang menentukan hampir segalagalanya. Kerajaan penjajahan Hindia
Belanda yang amat luas wilayahnya itu, yang "kesatuan" haram wilayah
penjajahannya masih juga tetap dipelihara sampai hari ini, yakni dengan tidak
dibebaskan dan tidak dimerdekakan. Kerajaan penjajahan ini telah dapat dipelihara,
disambung, dan diteruskan dengan hanya menukar namanya saja, dari Hindia
Belanda menjadi "indonesia". Perlu diketahui bahwa kerajaan
penjajahan ini bukanlah satu kesatuan yang seharusnya, bukanlah satu kesatuan
yang patut menurut ilmubumi politik (geopolitics). Seluruh wilayah dan pelosok
Kepulauan Melayu atau Dunia Melayu ini sudah diletakkan di bawah satu kerajaan
penjajahan sematamata dengan pedang Belanda yang berlumur darah kita, yang
dimulai dari abad ke16 (1599) dan yang masih diteruskan sampai sekarang, walaupun
sejak 27 desember, 1949, pelaksanaan pemerintahan seharihari telah diserahkan
oleh Belanda kepada orangorang Jawa yang bekerja untuk kepentingan politik,
ekonomi, strategi negaranegara imperialis Barat, atas nama satu bangsa purapura
yang dibuatbuat oleh mereka sendiri, itulah "indonesia". Henry
Kissinger, bekas Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, adalah benar sekali
ketika ia menulis bahwa: "indonesia itu tidaklah berarti apaapa selain
sebagai satu sebutan arah diatas peta bumi saja, sampai pada waktu Belanda
menyadari bahwa lebih besar untung (laba) baginya kalau seluruh Kepulauan
Melayu disatukan di bawah sebuah pemerintahan penjajahan".
("Indonesia was nothing but a geographic expression until the Dutch found
out it more efficient to unite the islands of the Indies under a single
administration") (1). Sesungguhnya inilah asalusul, biang keladi, dari
yang dinamakan "bangsa indonesia" dan "nasionalisme
indonesia" yang dibikinbikin dan dibuatbuat sematamata untuk membenarkan
"kesatuan" pemerintahan penjajahan, untuk membenarkan
"kesatuan" perkiraan labarugi, kreditdebit, dari satu keradjaan
penjajahan yang maha luas di dunia sekarang ini. Selama wilayah sesuatu
kerajaan atau negara tetap dipelihara, maka kerajaan atau negara itu tetap
berdiri dan tetap hidup sebagai sediakala, tidak bubar! Walaupun namanya
ditukar dengan nama baru, seperti nama Hindia Belanda sudah diganti dengan nama
"indonesia": atau nama sipenjajahnya ditukar dari "Van
Mook" dengan "Sukarno, Suharto" atau lainlain lagi. Sebagai satu
sebutan nama arah di peta bumi, nama "indonesia" menunjukkan kepada
satu wilayah permukaan bumi yang sama panjangnya antara Moskow dengan Lissabon,
dan sama lebarnya antara Rome dengan Oslo, dengan penduduk lebih dari 170 juta
jiwa, yang terdiri dari berbagai bangsa, berbagai bahasa, berbagai budaya, yang
sama banyaknya seperti yang terdapat di benua Eropa, juga sama luasnya dengan
wilayah yang disebut secara umum sebagai "indonesia" itu. Maka dengan
demikian, adalah bodoh sekali untuk berbicara tentang adanya satu
"nasionalisme Eropa" pada hari ini, demikian juga adalah sangat bodoh
sekali untuk berbicara tentang adanya satu "nasionalisme indonesia",
walaupun hal ini sudah dipropagandakan oleh suratsurat kabar Barat, dan oleh
mereka yang menganggap dirinya "pandai", padahal mereka sama sekali
tidak memahami sejarah, budaya, sociology dan geopolitics dari Dunia Melayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar