Walaupun kita tidak dapat lagi menguasai
masa silam kita, tetapi kita masih dapat menguasai masa depan kita. Ahli-ahli
sejarah memandang bahwa masa depan itu adalah kelanjutan dan perkembangan dari
masa silam, tetapi dalam perkembangan dan kelanjutan ini termasuk juga kemauan,
keinginan, maksud dan rencana kita sekarang. Masa depan kita untuk sebahagian
besarnya bergantung pada apa yang kita lakukan pada masa sekarang. Kita dapat
mengobah keadaan dan penghidupan bangsa kita yang morat-marit sekarang; kita
dapat melemparkan belenggu-belenggu penjajahan Jawa; kita dapat mencapai hak
menentukan nasib diri sendiri, jika kita sadar pada kepentingan bangsa kita,
jika kita sadar pada kepentingan bangsa kita, jika sadar pada sejarah kita, dan
pada adat istiadat kita. Tetapi suatu bangsa yang sudah hilang ingatannya, yang
sudah melupakan sejarahnya, yang sudah meninggalkan adat-istiadatnya, yang
tidak memahami kepentingan bangsanya sendiri, bangsa semacam ini tidak akan
memperoleh hak menentukan nasib diri sendiri lagi, mereka sudah masak untuk
dijajah dan diperbudakkan. Bangsa yang semacam ini sudah seperti kapal tidak
berkemudi, seperti orang tidak mempunyai ingatan, tidak lagi berjalan menuju
sesuatu tujuan yang tertentu dan pasti-pasti, tetapi hanya hanyut dengan tak
tentu arah tujuannya. Dan mereka yang hanyut sudah kehilangan kendali atas
masa-depannya sebagaimana atas masa silamnya.
Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dan
hak menetukan nasib diri sendiri bukanlah suatu perjuangan yang sia-sia.
Pertanda sejarah dalam abad yang lalu, abad ke - 19, memang menunjukkan
kemenangan bagi kaum kolonialis karena pada waktu itu Hukum Internasioanl belum
dijalankan, PBB belum dilahirkan; tetapi pertanda sejarah dalam abad ke-20 ini
menunjukkan kemenangan yang gilang-gemilang bagi setiap gerakan kemerdekaan
disegala benua, dan kekalahan yang mutlak bagi semua kaum kolonialis dalam
usaha mempertahankan jajahan mereka.
Saat sejarah untuk menyatakan kemerdekaan
Acheh-Sumatra, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Sunda, Papua dan lain-lain
sudah tiba di tengah-tengah kita. Kita sekarang sedang berhadap-hadapan muka
dengan saat sejarah ini. Kita harus mempergunakan sa'at ini untuk menyatakan
kemerdekaan kita dari kolonialisme Jawa dan mengambil kembali segala hak pusaka
milik kita. Marilah kita mempergunakan kesempatan saat sejarah ini untuk
membela kehormatan kita dan untuk memelihara masa depan anak keturunan kita
dengan memerdekakan Tanah Ibu kita masing-masing dari penindasan kolonialis
Jawa.
"Kebahagiaan hidup kita bergantung
pada kemerdekaan, dan kemerdekaan bergantung pada keberanian", kata
Pericles, 4000 tahun yang lalu. Apakah kita berani merdeka? Kemerdekaan sudah
mengetok dipintu! Marilah kita buka pintu untuk MERDEKA!
Tengku Hasan M. di Tiro
New York, 3 Januari, 1965
New York, 3 Januari, 1965