Tun
srilanang dibawa ke Aceh pada tahun 1613, pada saat memuncaknya perang Aceh
melawan Portugis yang dimulai pada tahun 1511 sampai dengan tahun 1614 M,
baikdi Sumatra maupun di semenanjung tanah Melayu. Portugis yang datang pertama
kali ke India. Tidak sampai tahun pada 1511 dia berhasil menaklukkan kerajaan
Islam Malaka. Dari malaka D’Albuerque mengirm duta-duta ke Siam dan Burma,
Duarte Fernandez, yang pergi ke Siam, adalah orang Eropa pertama yang
mengunjungi Ayuthia, dari Malaka juga D’Albuerque mengirim ekspedisi ke Maluku.
Ramai
para pembesar kerajaan yang menyelamatkan diri ke Kerajaan lainnya, seperti
Pahang, Pidie, Aru (Pulau kampai), Perlak, Daya, Pattani, Pasai, dan Aceh. Portugis
berusaha menaklukkan negeri Islam yang kecil-kecil dan tanpa perlawanan yang
berarti. Setelah tiga tahun dari kejatuhan Malaka maka angkatan perag Portugis
beberapa kali melanggar Aceh untuk menghancurkannya, akan tetapi angkatan laut
Aceh telang berjaya menantang dan menjatuhkan kerugiang yang besar ke atas
angkatan laut Portugis itu, dan orang-orang portugis tahu bahwa untuk
menglahkan Aceh bukanlah suatu perkara yang mudah, dan mereka itua dalah bagian
yang sangat perkasa, dan mempertahankan tanah air mereka dengan cukupkuat dan
hebat sehingga memaksa tentara Portugis mengadakan kepungan ekonomi terhadap
rakyat Aceh.
Di Aceh
sendiri, secara kronologis ada lima kerajaan Islam, mulai dari Kerajaan
Pereulak, Benua Tamiang, Kerajaan Islam Samudra Pasai, Kerajaan Islam lamuri,
dan Kerajaan Islam Aceh. Dari kerajaan terseput pula yang melahirkan peradaban
Aceh yang cukup berpengaruh dalam Asia Tenggara bahkan dunia sekalipun.
Hasil-hasil yang telah dicapai memang cukup banyak seperti dalam ilmu
pengetahuan, politik, agama, budaya, gender dan maritim. Namun kerajaan yang
peling terkenal adalah Kerajaan Islam Aceh. Terutama saat dipimpin oleh Sultan
Iskandar Muda. Kerajaan ini diasaskan oleh Sultan AlimughayatSyah (1511-1530).
Melalui usaha yang gigih beliau telah mencamtumkan Aceh Besar dengan Daya,
sebuah kerajaan dikawasan Aceh Barat, pada tahun 1520 M. Ini diikuti pula
dengan penaklukkan ke atas Kerajaan Pidie (Pedir) pada tahun 1521 dan Pasai
serta Arupad 1524. Sejak tertakluknya daerah-daerah ini maka terbentuklah
sebuah Kerajaan merdeka lagi berdaulat yang dikenal dengan Kerajaan Aceh
Darussalam.
Hal
diatas diawali oleh peristiwa Pasai dimana terjadi sengketa tentang siapa yang
berhak menjadi pewaris kerajaan Pasai, Sultan Zainal Abidin di tumbangkan oleh
saudaranya Ahmad yang mengaku lebih berhak menjadi Raja Pasai (1519 M). Zainal
Abidin atas bantuan Sultan Mahmud (Sultan Malak yang sudah pindah ke Bintan)
dapat menurun adiknya dari singgasana kerajaan Pasai dalam situasi tersebut,
Portugis mengambil kesempatan bersedia membantu Sultan Ahmad asal diberi hak
untuk mendirikan kantor dagang Portugis dengan dilindungi oleh tentara sendiri
di pasai, dan Sultan Ahmad pun menjadi Sultan Kerajaan pasai.
Perkembangan
ini sangat menggundahkan Sultan Alaidin Mughayat Syah (1514-1530 M). Sultan
berkeinginan untuk membebaskan Negeri Islam di Sumatera dan semenanjung tanah
Melayu dari cengkeraman Portugis.keinginan Sultan ini di sokong penuh oleh
pembesar negeri Aceh dan pencari suaka dari Malaka yang menetap di Banda Aceh.
Sultan mengisyaratkan Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1521 M, dengan visi
utamanya menyatukan negeri kecil seperti Pedir, Daya, Pasai, Tamiang, Perlak
dan Aru.
TUN SRI
LANANG DI ACEH
Disinilah
mulai sejarah Melayu harusnya dikaji guna melihat peranan seorang tokoh
ternamayaitu Tun Seri Lanang. Tokoh ini memang masih menyinpan misteri peranan
Tun Seri lanang di Aceh memang tidak banyak di kaji oleh para peneliti sejarah.
Perseteruan
kerajaan Aceh dengan Portugis terus berlangsung sampai tahun 1641 M. Akibatnya
banyak anak negeri yang syahid baik itu di penduduk Aceh sendiri, Aru, Bintan,
Kedah, Johor, Pahang, dan Trenggano. Populasi penduduk Aceh menurun drastis.
Sultan Iskandar Muda mengambil kebijakan baru dengan mengalakkan penduduk di
daerah takluknya untuk berimigrasi ke Aceh inti, misalnya dari Sumatera Barat,
Kedah, Pahang, Johor, Malaka, Perak, dan Deli. W Linehan, mengatakan “the whole
territory of Acheh was almost depopulated by war. The king endeavoured repeople
the country by his conquests. Having revaged the kingdooms of Johore, Pahang,
Kedah, Perak, and Deli, he transported the inhabitants from those place to
Acheh to the number of twenty-two thousand person”. (W.LINEHAN, Ahistory of
Pahang, hlm 36).Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1636).
Makam Tun Sri Lanang
Pada
tahun 1913 M Iskandar Muda menghancurkan Batu Sawar, Johor seluruh penduduknya
sultan Alaudin Raiayatshah III, Adiknya Raja Abdullah, Raja Raden dan
pembesar-pembesar negeri Johor-Pahang seperti Raja Husein (Iskandar Thani),
Putri Kamaliah (Protroe Phang), dan Bendaharanya (Perdana Menteri) Tun
Muhammad, lebih dikenal dengan nama samarannya “Tun Sri Lanang” dipindahkan ke
Aceh dan dijadikan raja pertama samalanga (1615-1659).
Sumber : Abdullah M. Adli, Membedah Sejarah Aceh, Banda Aceh, Bandar Publishing, 2011.