Breaking News

Blogger Template

Sabtu, 06 Agustus 2016

KENAPA HARUS INDONESIA


Menyimak sejarah perjalanan sebuah negara yang diberi nama Republik Indonesia semenjak dideklarasikan pada 17 Agustus 1945 sehingga hari ini nampaknya seperti belum ada sesusatu yang menguntungkan bagi rakyat yang menghuni negara tersebut secara jeneral. Kondisi seperti ini jelas terlihat kepda kita semua ketika rezim demi rezim dari pulau jawa secara berterusan dan membantai rakyat yang tidak bedosa dibeberapa wilayah yang mereka namakan bahagian daripada Indonesia. Pembantaia yang luar biasa terjadi di TIMTIM dan di Aceh, di tempat terakhir mereka telah memperlakukan bangsa yang mulia ini sebagai musuh nenek moyangnya yang disatu sisi mereka mengatakan kita sesama bangsa,  tapi disis lain mereka memeras, mangania, mewmperkosa, menyiksa dan mebantai sebuah bangsa mulia dengan sangat berencana.
Hati ini, setelah lebih setengah abad Indonesia merdekayang oleh mereka di Jakarta mengatakan negara sudah maju, tapi lebih dari setengah penduduk negeri dari rakyat jelata masih belum tahu bagaimana enak nikmat kemerdekaan, bagaimana amannya hidup di dalam negeri kaya raya ini, bagaimana caranya untuk mendapatkan pendidikan tinggi ke luar negeri seperti mereka yang berasal dari pulau Jawa, apa itu tol, kenapa pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak pernah henti semenjak negara ini wujud sampai hari ini, dan kapan rakyat merasa aman dan merasa hidup di dalam negerinya sendiri. Tujuh puluh tahun lebih sudah negara ini merdeka nampaknya kondisi dan situasi di dalam negeri masih seperti baru dua atau tiga tahun merdeka apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunai Darussalam dan Singapura yang selama 30 tahun merdeka kini rakyat bisa hidup aman, tentram, makmur dan sejahtera. Mereka memiliki kemudahan fasilitas hidup yang sangat memuaskan seperti penggunaan telepon murah, rumah murah, pendidikan murah, mobil murah, jalan tol yang murah, pengurusan dengan birokrasi yang sangat mudah, kota-kotanya yang indah, bersih dan terserlah, serta hidup penuh persaudaraan sesame bangsa sepertinya hidup di alam syurga. Kalau kesehjahteraan untuk rakyat saja selama lebih 70 tahun tidak dapat diwujudkan, KENAPA MESTI INDONESIA ???
Semenjak negara ini meredeka di tangan bangsa Aceh dengan pertahanan Medan Area dan peran Radio Rimba Raya serta jasa pesawat udara Dakota RZ.I. 001 dan 002 nya, Aceh dan beberapa wilayah lainnya tidak pernah mendapatkan nikmat kemerdekaan. Sebaliknya Aceh senantiasa diletakkan pada posisi yang penuh penganiaan, pembantaian, penipuan, pembakaran dan pelanggaran Hak Asasi Manusia secara besar-besaran. Situasi seperti ini nampaknya seperti Jakarta tidak mau dan mengaku bahwa Aceh sebagai wilayah utama dan paling utama dalam negara yang mereka beri nama Indonesia ini secara operasional. Kalau memang demikian adanya maka KENAPA HARUS INDONESIA ?
Bersambung………….
Sumber : Buku Tamaddun Aceh, Hasanuddin Yusuf Adan

Read more ...

Kamis, 25 Februari 2016

PELABUHAN LANGSA ACEH MENJADI AWAL MULA BISNIS PEMILIK LIPPO GROUP (MUKHTAR RIADY)

Pohon dibonsai tak akan tumbuh besar

Setelah menepati janji kepada ibu mertua, kami berencana hijrah ke Jakarta untuk mencari peluang membangun usaha. Tapi, ayah tidak setuju karena menurut beliau sangatlah besar resiko untuk mengadu nasib di Ibu Kota yang sangat kompleks dan asing bagi saya. Lagi pula, kami tidak punya kenalan dan tidak punya cukup modal kerja.

Suatu hari, adik kakek kami bernama Li A Kim yang tinggal di Surabaya berkunjung ke Malang. Selama ini, beliau sangat memperhatikan dan menghargai usaha saya, mengenal karakter dan sepak terjang saya. Beliau sangat setuju dengan ide saya berjuang di Ibu Kota. Beliau berkata, “pohon yang dibonsai tidak akan tumbuh besar. Hanya pohon yang berada di hutan bebas dan luas akan tumbuh besar dan subur.”
Pada mulanya, gaya berusaha saya agak konservatif, seperti umumnya orang hinghua di Indonesia, yaitu berdagang sepeda dan alat-alat perlengkapannya. Setibanya di Jakarta, terlebih dahulu saya mempelajari saya mempelejari dan mencari data sumber perdagangan sepeda di Indonesia. Saya menyelidiki pengimpor di Jakarta yang menyuplai para pengusaha di Surabaya. Ternyata, sumber impor sepeda bukan dari Jakarta, tapi dari Medan .
Setelah saya selediki di Medan, rupanya barang-barang tersebut masuk dari Langsa, Aceh. Semula, saya mengira Langsa pastilah kota besar. Ternyata, Langsa hanyalah kota pelabuhan kecil dan terpencil. Sarana jalan disana sangat ketinggalan, tanpa aspal, masih tanah berlubang tidak merata. Kalau turun hujan, ban mobilpun pun harus memakai rantai agar tak tegelincir sehingga kecepatan kendaraan tak bisa bisa lebih dari 20 kilometer perjam. Akibatnya, jarak jalan yang 200 kilometer perjam. Akibatnya, jarak jalan yang 200 kilometer itu haru ditempuh dalam waktu lebih dari 10 jam. Sekalipun kota pelabuhan Langsa kecil, hanya punya dua jalan kecil, ada banyak losmen yang selalu penuh dengan tamu yang lalu lalang. Kondisi losmen yang adapun sangat beruk, ruangannya kotor, banyak nyamuk, dan airnya agak asin.

Suatu malam saya menginap di losmen. Rasanya sungguh tidak nyaman, bahkan tersiksa. Akan tetapi, Langsa adalah kota yang makmur. Banyak pedagang datang silih berganti yang jumlahnya melebihi jumlah penduduk setempat. Pelabuhan Langsa tidak besar, tapi penuh tumpukan container, bahkan meluap sampai ke pelataran lapangan luar. Yang mengherankan, dalam sarana dan kondisi hidup yang begitu buruk, mengapa begitu banyak pedagang yang datang? Mengapa barang-barang impor tersebut tidak masuk dari pelabuhan besar, seperti Jakarta atau Surabaya?

Kemudian saya mendapat jawabannya. Ternyata, cara penguatan bea masuk Pelabuhan Langsa menggunakan system borongan per container, bukan dari nilai barangnya. Langsa tampaknya sudah merupakan pelabuhan bebas terselubung yang tambaknya sudah merupakan pelabuhan bebas terselubung yang sangar menguntungkan pengimpor. Oleh karena itu, seburuk apapun fasilitas hidup, tetap saja banyak pedagang yang berdatangan.

Dalam kondisi demikian, saya piker lebih baik memasukkan barang dengan volume kecil yang berharga tinggi sehingga untungnya pasti lebih besar. Umpamanya, produk tekstil berkualita tinggi dan alat elektronik tentu akan lebih menguntungkan daripada suku cadang sepeda.
Dikutip dari buku Otobiografy MOCHTAR RIADY Manusia Ide
Read more ...

Jumat, 20 Maret 2015

Bisnis Pertambangan

Sebuah analisis sektor pertambangan batubara di Indonesia. ... Cina dan India diperkirakan mengembalikan bisnis batubara menjadi sangat menguntungkan
Read more ...

Bisnis


Dalam ilmu ekonomibisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

BISNIS PERTAMBANGAN
Read more ...

Sejarah


Sejarah (bahasa Yunaniἱστορία, historia, yang berarti "penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian")[2][3] adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia.[4][5] Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, riwayat, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.[6] Ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup kosmikgeologi, dan sejarah makhluk hidup, tetapi seringkali secara umum diartikan sebagai sejarah manusia. Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.
Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu, dan secara objektif menentukan pola sebab dan akibat yang menentukan mereka.[7][8] Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini.[7][9][10][11]
Cerita umum untuk suatu budaya tertentu, tetapi tidak didukung oleh pihak luar (seperti cerita seputar Raja Arthur) biasanya diklasifikasikan sebagai warisan budaya atau legenda, karena mereka tidak mendukung "penyelidikan tertarik" yang diperlukan dari disiplin sejarah.[12][13] Herodotus, abad ke-5 SM ahli sejarah Yunani dalam masyarakat Barat dianggap sebagai "bapak sejarah", dan, bersama dengan kontemporer Thucydides, membantu membentuk dasar bagi studi modern sejarah manusia. Kiprah mereka terus dibaca hari ini dan kesenjangan antara budaya Herodotus dan Thucydides militer yang berfokus tetap menjadi titik pertikaian atau pendekatan dalam penulisan sejarah moderen. Dalam tradisi Timur, sebuah riwayat negara Chun Qiu dikenal untuk dikompilasi mulai sejak 722 SM meski teks-teks abad ke-2 SM selamat.
Pengaruh kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah berkembang selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai meluas, dan termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu atau unsur tematik dalam penyelidikan sejarah. Seringkali sejarah diajarkan sebagai bagian dari pendidikan dasar dan menengah, dan studi akademis sejarah adalah ilmu utama dalam penelitian di Universitas.


SEJARAH DUNIA

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH ACEH

Read more ...

Kamis, 19 Maret 2015

Menguak sejarah kerajaan Islam Peurlak


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Feib1vmhrdnxoBYmwtTDN1hbLJicRjApursmrRtXGG5q0y9hx8lrHzYYF0Ka9uzd_CSCae_1gEkJ6lCI0HxPLOiTinfrbbWHv568NZo5NmMTSYAqz-2_wKADmU6bngQfxXdyb-AXuPw/s1600/sdcsc.jpg


Penulis oleh Nab Bahany As



PERLAK, di Aceh Timur disebut sebagai kerajaan Islam pertama (tertua) di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Kesimpulan dari Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980, di Rantau Kualasimpang itu didasarkan pada satu dokumen tertua bernama kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak, karangan Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy. Itu yang menyisahkan pertanyaan bagi sebagian sejarawan mengenai kebenaran sejarah itu.
Kitab Idharul Haq yang dijadikan sumber satu-satunya. Sebagian sejarawan meragukannya. Apalagi kitab Idharul Haq yang diperlihatkan dalam seminar itu katanya bukan dalam bentuk asli, tidak utuh lagi melainkan hanya lembaran lepas. Kitab itu sendiri masih misteri, karena sampai sekarang belum ditemukan dalam bentuk aslinya. Sehingga ada yang mengatakan kita Idharul Haq ini hanya satu rekayasa sejarah untuk menguatkan pendapat bahwa berdasarkan kitab itu benar kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah kerajaan Islam Perlak.
Banyak peneliti sejarah kritis, meragukan Perlak itu sebagai tempat pertama berdirinya kerajaan Islam besar di Aceh. Diperkuat dengan belum adanya ditemukan artevak-artevak atau situs-situs tertua peninggalan sejarah. Sehingga para peneliti lebih cenderung menyimpulkan kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah kerajaan Islam Samudra Pasai yang terdapat di Aceh Utara. Banyak bukti yang meyakinkan, baik dalam bentuk teks maupun benda-benda arkeologis lainnya. Seperti mata uang dirham pasai dan batu-batu nisan yang bertuliskan tahun wafatnya para Sultan kerajaan Islam Samudra Pasai.
Keraguan para sejarawan tentang Perlak sebagai bekas kerajaan Islam pertama yang hanya mengambil dari sumber kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak, perlu ditelaah lebih jauh. Ada pengalaman ketika saya melakukan kegiatan sosial di Kabupaten Aceh Tengah, tepatnya di Desa Sukajadi, Kecamatan Bukit, tahun 1989. Ketika itu saya ditampung di rumah seorang warga bernama Mitra. Ia pegawai negeri di Kantor Camat Kecamatan Bukit. Rumahnya di Desa Suka Jadi lumayan besar untuk ukuran rumah desa yang terletak di puncak bukit Suka Jadi yang mencirikan rumah khas penduduk tanah gayo.

Naskah Idharul Haq
Selama berada di desa itu, saya bertemu dengan seseorang yang berusia lanjut. Tamu itu diantar kedua anaknya, dan pak Mitra selaku pemilik rumah memperkenalkan tamu tersebut kepada saya bahwa itu adalah kakeknya sekaligus gurunya dalam menuntun ilmu makrifat. “Namanya Tgk. Abdul Samad, tapi kami sekeluarga dan orang-orang di Aceh tengah ini memanggil beliau dengan nama Kek Adu”, jelas Mitra yang menambahkan bahwa kakeknya itu adalah tokoh adat di tanah Gayo, tapi beliau sudah lama tidak tinggal lagi di Aceh Tengah. “Beliau sekarang tinggal di Pesanten Matang Rubek Panton Labu Aceh Utara. Hanya sesekali pulang ke Aceh Tengah untuk menjenguk cucu dan saudara-saudaranya yang lain,” tutur Mitra saat itu.
Tgk. Abdul Samad alias Kek Adu yang saat itu duduk agak di sudut ruangan, hanya sesekali mengiyakan apa yang dijelaskan cucunya kepada saya. Kami mengobrol mulai seputar agama terutama soal makrifat hingga masalah sejarah kerajaan Linge dan hubungannya dengan kerajaan Islam Perlak di Aceh. Kek Adu menjelaskan panjang lebar tentang pertalian Kerajaan Islam Perlak dengan kerajaan Linge Aceh Tengah.

Ternyata ia juga ikut dalam seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980 di Rantau Kualasimpang Aceh Timur itu. Maka ia pun mengeluarkan satu kitab dari tasnya. “Kitab ini namanya Idharul Haq, kemana saya pergi sekarang saya bawa, karena sedang saya alihbahasakan dari bahasa Melayu Jawi ke dalam bahasa Indonesia,” katanya sambil memperlihatkan sebagian hasil translit isi kitab itu dari huruf Jawi ke dalam huruf latin.
Saya kaget ketika ia menyebut kitab itu bernama Idharul Haq. Kitab berukuran 30 x 25 cm yang tebalnya kira sama-sama dengan Alquran, saya periksa. Tampak dari kertasnya sudah usang, dan saya menduga kitan itu adalah hasil foto kopy dari kitab yang aslinya. Karena kertasnya persis sama dengan kertas yang dipakai sekarang ini. Tgk. Abul Samad pun mengaku kalau kitab itu adalah kopian dari yang aslinya. Alasannya karena ia sedang melakukan penerjemahan, sehingga dikopi agar mudah dibawa kemana pun.
Lepas asli atau tidak, bahwa kitab Idharul Haq yang pernah diragukan keberadaannya itu sebagai dokumen yang mengungkapkan sejarah kerajaan Islam Perlak, sedikitnya sudah memberikan titik terang. Hanya saja saya tak diizinkan mengkopi kitab itu oleh Tgk. Abdul Samad, karena kitab Idharul Haq itu belum selesai diterjemahkan dari huruf Arab Jawi ke dalam huruf latin.
Menginat kitab Idharul Haq ini begitu penting dalam menyingkap sejarah Islam di Aceh, saya pernah menemui Kepala Museum Negeri Aceh (saat itu Drs Nasruddin Sulaiman), menyarankan agar kitab Idharul Haq yang berada di tangan seorang tokoh adat di Aceh Tengah, dapat dicopy sekaligus menjadi koleksi dan dokumen sejarah di Meseum Aceh. Namun saran itu tak direspon pejabat Meseum dengan dalih, bahwa Meseum Negeri Aceh tidak punya dana untuk mengirim Timnya menyelidiki kitab tersebut.
Menggali ulang
Kitab Tua
Upaya Yayasan Monisa yang (saat itu) dipimpin Drs. Badlisyah yang didukung Pemkab Aceh Timur pernah akan menggali kembali keabsahan sejarah kerajaan Islam Perlak sebagai kelanjutan seminar tahuan 80-an.

Salah satu situs sejarah yang diteliti adalah batu nisan pada makam Sultan Ala ad Din Said Maulana Abdul Aziz Syah yang terdapat di komplek Bandar Khalifah, yang disebut-sebut sebagai Sulthan pertama kerajaan Islam Perlak Penggalian nisan yang dipimpin Deddy Satria, alumnus Arkeologi UGM, tidak membuahkan hasil sebagaimana diduga.

Bahwa batu nisan makam Sultan Maulana Said Abdul Azis Syah diyakini ada tulisan yang menerangkan nama yang punya makan serta tahun meninggalnya. Di nisan itu hanya berupa pahatan-pahatan yang memang agak mirip dengan bentuk tulisan-tulisan berhuruf Arab. 
Menurut Deddy Satria bentuk batu nisan pada makam Sultan Maulana Abdul Aziz Syah yang kami gali itu ada kemiripannya dengan nisan-nisan yang terdapat di komplek makam raja-raja Samudera Pasai, dimana bentuk nisan seperti itu diperkirakan hasil produksi antara abad ke 14 dan 15 Masehi. Artinya, bahwa batu nisan pada makam Sultan Ala ad Din Said Maulana Abdul Aziz Syah di Komplek Bandar Khlalifah Perlak, bukanlah bentuk batu nisan tertua di Aceh, karena menurut Arkeolog Deddy Satria bentuk batu nisan seperti itu juga ditemukan di komplek makam raja-raja di Samudera Pasai Aceh Utara.
Temuan Arkeologis ini tentu sedikit mengewakan dari apa yang telah menjadi kesimpulan seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara tahun 1980, yang menyatakan Perlak adalah pusat kerajaan Islam tertua di Nusantara dengan Sultan pertamanya Sultan Ala ad Din Said Maulana Abdul Aziz Syah. Karena adanya kesamaan batu nisan Sultan Maulana Abdul Aziz Syah dengan batu nisan yang terdapat di komplek makam raja-raja Samudera Pasai. Maka jelas Perlak sebagai kerajaan Islam tertua diragukan.

Sekarang tinggal memburu kitab Idharul Haq, yang sebelumnya dijadikan sumber sejarah. Kitab ini akan membuka tabir kebenaran. Maka pihak yayasan Monisa pun memandu kami menuju Matang Rubek (sekitar 28 kilometer arah Selatan Kota Panton Labu) untuk menenui Tgk. Abdul Samad (Kek Adu) yang pernah memperlihatkan kitab Idharul Haq kepada saya 20 tahun yang lalu di rumah cucunya Desa Sukajadi Aceh Tengah. Selama 30 menit kami berhasil sampai di Pesanten, tempak Kek Adu berhidmat.
Kami langsung menemui salah seorang santri menyampaikan hasrat kami untuk menemui pimpinan Pesantren tersebut. Karena dalam pekiran kami yang memimpin pesantren itu adalah Tgk. Abdul Samad alias Kek Adu yang pernah memperlihatkan kitab Idharul Haq pada saya 20 tahun yang lalu di Desa Suka Jadi Aceh Tengah.

Namun setelah bertemu pimpinan Pesantren, mengatakan kepada kami bahwa beliau (Kek Adu), sudah lama meninggal dunia. Informasi meninggalnya Tgk Abdul Samad ini sekaligus memupuskan harapan kami dalam mencari kembali jejak kitab Idharul Haq yang pernah diperlihatkan Tgk Abdul Samad ketika beliau masih hidup dan bertemu saya 20 tahun lalu di Desa Suka Jadi Aceh Tengah.
Membongkar dokumen keluarga
Kitab Idharul Haq adalah kunci sejarah kebenaran Kerajaan Islam Perlak. Maka awal April 2009 lalu, saya kembali menemui cucu almarhum Kek Adu atau Tgk Abdul Samad yang tinggal di Desa Suka Jadi Aceh Tengah.

Singkat cerita saya kembali kecewa karena begitu sampai di rumah yang saya tuju di Desa Suka Jadi, ternyata cucu almarhun dari Kek Adu bernama Mitra tidak lagi tinggal di rumah yang pernah saya tinggal 20 tahun yang lalu. Rumah tersebut sudah diberikan kepada anaknya. Sedangkan Mitra sendiri (cucu dari Kek Adu) sudah lama pindah ke kota Takengen.
Alhamdulillah, alamatnya saya dapatkan dan kami bertemu kembali dengan cucu Kek Adu. Namun setelah menyampaikan maksud untuk mendapatkan kitab Idharul Haq, ternyata menurut Mitra, bahwa kitab kakeknya banyak diambil sahabatnya di Lhokseumawe, dan kitab yang dimaksud tidak dititipkan pada keluarga.

“Seperti kitab sejarah kerajaan Lingge, dulu ada sama kakek. Dan khusus kitab Idharul Haq ini ia tidak tahu apakah ada dalam dokumen yang telah disimpan keluarga di Isak Aceh Tengah, atau kitab itu sudah diberikan kepada sahabatnya di Lhokseumawe semasa beliau hidup,” ujar Mitra.

Dimana kitab Idharul Haq berada?
Sumber : Aceh Cyber
Read more ...

SUE ACEH

SIDOM APUY

KAFE INDONESIA

IE MATA JANDA
Read more ...
Designed By