Pada
Abad ke-13 Pasai dan Pidie menjadi pusat perdagangan International yang salah
satu ekspor utamanya adalah lada. Pedagang-pedagang dari anak benua India
terdiri dari orang-orang Gujarat, Benggala, dan keling serta pedagang-pedagang
dari Pagu, Siam, dan Kedah menjalankan kegiatan perdagangandi Selat Malaka,
yang sebahagian berdagagang di Pasai, sebahagian lagi di Pidie dab selebihnya
menjalankan perdagangan di Selat Malaka. Hubungan perdagangan antara Pasai
dengan Jawa berkembang dengan pesatnya. Di Samudra Pasai pedagang-pedagang Jawa
mendapat hak istimewa yang dibebaskannya mereka dari bea cukai impor ekspor
atas barang-barang dagangan yang dibawa mereka.
Tome
Pires memperkirakan Pasai mengekspor lada kira-kira 8.000 sampai 10.000 bahar setiap tahun, 15.000 bahar jika terjadi
panen melimbah.isamping mengekspor lada Samudra Pasai juga mengekspor sutra,
kapur barus, dan emas dari daerah-daerah pedalaman. Dipercayai bahwa metode memproses
sutra diperkenalkandi Samudra Pasai oleh orang-orang Cina. Giovani da Empoli
memberikan informasi bahwa Sultan Pasai berjanji akan menyerahkan sutra kepada
orang-orang Portugis untuk diekspor tentu dengan pembayaran terlebih dahulu.
Sebelum itu Baginda memasukkan sutra kepada pedagang-pedagang gujarat yang
kemudiaan menukarkan sutra itu dengan berbagai bahan dari Cambay India dan
barang-barang dagangan lain yang berharga 100.000 dukat.
Sumber
: Alfian. T. Ibrahim, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar