Sejak beberapa tahun lalu dan sampai
saat ini, setiap minggu tepatnya pada hari Jumat sore atau hari Sabtu, banyak mobil
dinas pejabat dari Aceh ke arah Kota Medan, Sumatera Utara. Ada yang langsung
menggunakan plat dinas. Banyak pula di antaranya yang menukar dengan plat
hitam.Ada juga di antaranya yang membawa mobil
pribadi. Pendek cerita, pada hari Sabtu dan Minggu pejabat Aceh Utara meluncur
ke Medan. Umumnya mereka beralasan untuk menjaring investor atau untuk rapat
urusan dinas. Salah satu alasan paling tepat serta tidak mencurigakan adalah
untuk melobi investor dan mengikuti rapat yang digelar di Kota Medan pada salah
satu hotel.
Tak heran memang, karena yang meluncur
ke Medan selain PNS juga sejumlah anggota dewan perwakilan rakyat dan juga para
pengusaha. Seorang pengusaha yang ditemui Kontras, pekan lalu, mengaku dirinya
punya cara tersendiri meyakinkan istri agar bisa lolos setiap pekan berliburan
ke Medan. Biasanya, kata pria yang enggan disebutkan namanya itu, sebelum hari
keberangkatan, ada beberapa orang teman yang sengaja diminta datang ke rumah.
Lantas, sang teman mengobrol
panjang–yang tentu ikut didengar sang istri–bahwa ada persoalan yang harus
segera dituntaskan pekan itu. Dan satu-satunya cara menyarikan solusinya adalah
dengan menggelar rapat di salah satu hotel di Medan, Sumatera Utara. Dengan
cara demikian, sang istri menjadi luruh hatinya bahwa si suami berangkat ke
Medan memang untuk urusan dinas.
Selain rapat, alasan yang kerap
diperdengarkan kepada sang istri adalah menyaring investor di luar Aceh. Sang
investor, diceritakan kepada sang istri, tidak bisa datang ke Aceh. Mereka
harus ditemui di Medan atau Jakarta. Memang tidak semua agenda atau meeting di
luar Aceh punya maksud lain. Sebagiannya merupakan rapat benaran yang membahas
persoalan publik. Nah, gaya pejabat Aceh yang kebanyakan ‘berselingkuh’ pada
akhir pekan di luar Aceh juga mendatangkan keuntungan tersendiri bagi daerah
tersebut. Sebagai pejabat di sebuah provinsi atau kabupaten, tentu saja
mempunyai uang yang lumayan banyak. Tidak mengherankan kalau hotel dan
tempat-tempat penginapan di Medan justru penuh pada akhir pekan. Di saat yang
sama hotel dan tempat-tempat penginapan di Aceh kosong melompong.
Miliaran uang Aceh tiap minggu mengalir
ke Kota Medan. Apalagi untuk Jakarta, sebagai ibukota pemerintahan dan Kota
Metropolitan. Banyak uang dari daerah berbagai provinsi di Indonesia mengalir
ke Jakarta dengan alasan ‘mencari hiburan.” Ya, Medan, apalagi Jakarta memang
menyediakan banyak ‘hiburan’ termasuk yang berhubungan dengan hiburan
‘syahwat.”
Ini juga menjadi salah satu penyebab
yang membuat lesunya geliat ekonomi Aceh di akhir pekan. Kini bukan rahasia
lagi sebagian pejabat yang sering ke Medan mempunyai rumah di Kompleks Setia
Budi dan Komplek Helvetia. Hasil penelusuran Kontras juga menunjukkan, banyak
di antara pejabat Aceh yang sudah berhasil digaet oleh “gadis medan” yang umurnya
masih muda belia. Malah wanita yang kecantol para pejabat kebanyakan gadis
produk di atas tahun 1989-1990.
Untuk mengelabui sang istri, sesekali
sekeluarga diajak pergi ke Kota Medan. Mereka dibawa ke tempat rekreasi bersama
anak-anak, juga berbelanja ke supermarket. “Ini salah satu trik untuk
menghilangkan rasa curiganya sang istri yang mulai sering mimpi aneh, seperti
mimpi hilang BH, hilang sandal, dan hilang HP. Ini adalah firasat buruk bagi
seorang istri kalau sang suami mulai miring,” kata seorang ‘pengacara’ yang
sering menyelesaikan persoalan perselingkuhan pejabat di Aceh Utara ini.
Sebagaimana diungkapkan beberapa istri
pejabat di Aceh Utara dan di Lhokseumawe, mereka ada yang melarang suaminya ke
Medan. Walaupun alasannya ada rapat dengan bupati dan pihak lain, sang istri
tak mau peduli. Beberapa pejabat mengaku kepada Kontras bahwa dalam pekan-pekan
ini dirinya menemui kesulitan pergi ke luar Aceh. “Sekarang agak susah, apalagi
sejak beredar kasus tersebut di media, kecurigaan istri bahkan kadang
berlebih,” kata seorang pejabat.
Bahkan, pada awal bulan Oktober lalu
seorang istri camat di Kabupaten Aceh Utara sempat mengadu langsung kepada bos
sang suami. Suami dilaporkannya berselingkuh. Kekisruhan rumah tangga saat itu
sempat dilaporkan kepada Sekwilda Aceh Utara, Syahbuddin Usman.
Di depan Sekwilda, si istri bertutur
bahwa dia dulu mempercayai sang suami yang kerap ke Medan dengan alasan rapat
dan menemui investor. Namun, kenyataannya yang disebut rapat adalah “rapat
pusat” yang bermakna mereka ke sana untuk berselingkuh atau bahkan untuk
menghidupi istri mudanya yang sudah dikawini secara diam-diam.
Penelusuran Kontras, ada pula seorang
staf PLN yang ikut ‘kesetrum’ cinta dengan gadis Medan. Kini sang istri
melarang yang bersangkutan ke Medan dengan dalih apa pun. Banyak pula yang
tidak sekadar membangun hubungan sesaat. Banyak pejabat yang telanjur “hati
mendua” tapi belum ketahuan pada keluarganya.
Itu umumnya terjadi karena istri pertama
tak banyak bergaul dengan istri pejabat lainnya, sehingga apa yang dilakukan
sang suami tak ketahuan. Apalagi dalam satu minggu hanya menghilang dua atau
tiga malam saja, otomatis tidak menimbulkan kecurigaan si istri.
Dua hari lalu, Kontras mewawancarai
seorang perempuan, sebut saja panggilannya Cut Kak. Istri seorang pejabat di
Lhokseumawe ini juga kini telah ‘dikibuli’ sang suami. Awalnya dia tidak curiga
sama sekali. Namun, perlahan-lahan tersirat kesan bahwa ada yang aneh dengan
tingkah si suami. Beberapa bulan kemudian dia juga bermimpi aneh. “Saya pernah
bermimpi baju warna biru yang sangat saya sayangi dipakai wanita lain, “ kata
Cut Kak, istri pejabat yang tak bersedia namanya ditulis di sini.
Firasat mimpi Cut Kak itu diceritakan
kepada tetangganya. Sang tetangga sambil bergurau mengatakan, “Kamu kalau
bermimpi kehilangan baju, nanti ayah sinyak direbut orang,” kata seorang
temannya. Ketika itu, Cut Kak mengaku tak percaya dengan tafsir mimpi itu. Eh,
empat bulan kemudian menjadi kenyataan. Sang Cut Bang ternyata sudah enam bulan
kawin dengan seorang gadis.
Menurut Cut Kak, memang kalau tidak
diperhatikan secara serius tidak akan terungkap, apalagi dari pandangan orang
lain di luar keluarga inti. Namun, bagi seorang istri dapat merasakan bagaimana
bedanya ketika cinta belum bercabang, membandingkan dengan kondisi suaminya
yang telah mendua.
Sebagaimana dirasakan Cut Kak, ketika
sang suaminya belum “hati mendua” selalu bersikap baik dan tidak banyak
bertingkah tatkala di rumah, baik dengan istri maupun dengan anaknya. Namun,
setelah “cintanya bercabang” dia menunjukkan sikap yang berbeda. “Antara lain,
kebutuhan nafkah batinnya mulai menurun dari sebelumnya, demikian juga dengan
sikapnya sering emosional dengan keluarga, “ kata Cut Kak.
Perbedaan lainnya, juga kepeduliannya
terhadap keluarga Cut Kak mulai menurun. Biasanya kalau hari-hari libur
mengajak Cut Kak pulang ke kampung dengan mobil sambil menikmati angin segar.
Namun, setelah cinta mulai bercabang, Cut Bang menjadi jarang mengajak pulang
ke kampung halaman.
Dia mulai bertingkah, lebih banyak alasannya
ke Medan mengikuti rapat. Dari sikap itulah Cut Kak semakin hari semakin
mencurigai. ‘Investigasi’ yang dilakukan Cut Kak akhirnya menguak tabir bahwa
si suami telah menikah lagi, persis seperti tafsiran mimpi oleh tetangga.
Hidup mewah
Yang lebih menyakitkan, sebagian pejabat
justru membelikan mobil baru dan rumah baru kepada istri mudanya. Kompleks
perumahan Heltevia menjadi sasaran bagi pejabat Aceh sebagai tempat berteduh.
Hotel berbintang seperti Dharmadeli, Grand Angkasa, Garuda Plaza, Antares, juga
kerap menjadi lokasi pencarian hiburan. Selain itu juga ada yang menyewa
bungalow bagi yang belum memiliki rumah di Medan.
Sunnah rasul
Kambing hitam yang sering dijadikan
alasan kawin lagi adalah untuk menjalankan sunnah Rasul. Setelah ketahuan, Cut
Kak pernah bertanya kenapa sang suami kawin lagi. Namun, jawaban yang diberikan
justru semakin menyesakkan dada, yakni mengikuti sunnah rasul. “Kenapa sunnah
rasul yang diikuti hanya kawin lebih dari satu orang. Kok yang lainnya tidak
diikuti.
Suaminya, beber Cut Kak, beribadah saja
seperti shalat lima waktu masih sering kelupaan. “Shalat lima waktu masih ‘Meu
aneuk rambot, na beungoh tan seupot’, kok yang dianggap sunnah itu yang harus
diincar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar