Nama
samarannya adalah Abdul al-Ghaffar seorang ahli ilmu pengetahuan, tetapi
hanyalah seorang mata-mata.
Abdul
Ghaffar, nama samaran sarjana BelandaProf. DR. C. Snouck Hurgronje, ketika ia
menyamar sebagai seorang muslim mengadakan penelitian di Jeddah dan Mekkah
(1884-1885), pengetahuan Snouck Hurgronje itu kemudian digunakan untuk dan
sebagai landasan untuk politik pemerintaahan belanda menindas pergerakan
kebangsaan Indonesia khususnya dalam penyerangan Aceh yang berdasarkan ajaran
Islam seperti Perang Aceh dan Serekat Islam.
Penyelidikan
di Mekkah ternyata nanti akan sangat membantu dalam penyusunan laporannya
tentang Aceh, suatu karangan yang kemudian diperluas yang menjadi buku “De
Atjehers” terbit dalam dua jilid. Walaupun dipersoalkan oleh VK (Van
Koningsveld), dalam jilid kedua S.H. tidak menyebutkan sumber dari datanya.
Dalam
laporan Aceh ini S.H. menyanjurkan suatu cara politik kepada Pemerintah
Kolonial Belanda untuk menghajar tanpa ampun terhadap Bangsa Aceh.
Hal
ini sesuai dengan pendiriannya yang cukup terkenal Snouck Horgrunje adalah
selama para pemuka agama tidak berpolitik, maka perlu dibiarkan artinya tidak
perlu dibinasakan atau dihancurkan . akan tetapi kalau melancarkan gerakan
politik oleh pemuka agama, maka harus dihancurkan secara tanpa ampun, maka
tidak mengherankan apabila Snouck Hurgroje di Timur Tengah dikenal sebagai
beststrijdervan de Islam (yang memerangi).
Dr.
Snouck hurgroje, seorang orientalis besar pada zamannya, oleh kebanyakan orang
Indonesia, Snouck Hurgroje dianggap sebagai kaki tangan Pemerintah Kolonial
Belanda atau kaum Imperialis; alat kaum penjajah; sehingga segala ulah dan
sikapnya dianggap sangat menguntungkan Kolonialis Belanda semata. Dan S.H
seorang sarjana yang besar, namun juga dipenuhi oleh keanehan-keaneha tertentu.
Sumber
: Snouck Hurgroje, Aceh Di Mata Kolonialis, Yayasan Soko Guru, Jakarta,1985.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar